PASTE KODE IKLAN DISINI
BlogViralz - SUATU ketika seorang pria datang ke Umar bin Khattab RA. Ia ingin melaporkan istrinya karena marah-marah kepada dirinya. Lelaki tersebut kesal dan ingin menceritakan kelakuan istrinya pada Amirul Mukminin.
Setibanya pada kediaman Umar, dia justru berdiri di depan rumah. Lelaki itu pun terdiam sejenak. Secara tidak sengaja, dia mendengar oleh khalifah sedang dimarahi istrinya. Oleh istri terdengar membesar-besarkan perkara yg remeh. Nada bunyi perempuan itu meninggi. Sang Amirul Mukminin cenderung pasif menghadapi kemarahan istrinya.
Lelaki itu lalu menyampaikan pada hati, “Apabila seorang Amirul Mukminin saja misalnya itu, bagaimana denganku?” dia kemudian berbalik hendak pulang. Umar bin Khattab melihat tamunya hendak pulang. Beliau pun bertanya, “Apa keperluanmu?”
Pria itu lalu berbalik dan berkata, “Wahai, Amirul Mukminin, saya datang buat mengadukan perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku. Akan tetapi, aku mendengar hal yang sama pada istrimu,” jelas lelaki itu.
Umar bin Khattab RA kemudian tersenyum. Dia pun mengisahkan kepada lelaki itu mengapa Umar yang keras begitu sabar menghadapi istrinya. “Wahai, saudaraku, saya permanen tabah menghadapi perbuatannya karenanya memang kewajibanku. Bagaimana aku bisa marah kepada istriku lantaran dialah yg mencuci bajuku, dialah yang mengolah roti dan makananku, dia jua yang mengasuh anak-anakku, padahal seluruh itu bukanlah kewajibannya,” jawabnya.
Subhanallah….
Seseorang suami seringkali sekali lupa akan kerja keras istri karena tidak melihat apa yg dilakukan seseorang istri saat beliau sibuk bekerja. Bahkan tak jarang suami lebih menghargai sahabat tempat kerja nya (apalagi wanita) yang mau membelikan titipan nasi bungkus ketika beliau keluar, lantas membandingkan nya dengan istri di rumah.
Sebelum membandingkan, sungguh baiknya anda luangkan ketika dua-tiga hari di rumah, ambil libur, berikan uang kepada istri, agar dia bisa pergi perawatan ke salon dan spa. Kemudian lakukan apa yang sehari-hari istri anda lakukan di tempat tinggal.
Bangun pagi-pagi buat menyiapkan sarapan, lalu rendam pakaian buat dicuci. Berangkat lah ke pasar buat membeli bahan masakan & tawar harga semurah mungkin, agar anda tahu betapa tawar-menawar dengan pedagang itu bukan hal yg mudah.
Lalu pergi dan masak lah makanan selera istri, lantaran mungkin sebelumnya sering sekali anda tak mau makan di rumah lantaran kuliner pada rumah tidak sesuai kesukaan anda. Bersihkan dapur sesudah memasak kemudian hidangkan kuliner di meja hidang. Pekerjaan anda belum selesai sebelum higienis-bersih tempat tinggal , menjemur pakaian dan menyeterika baju-baju yang sudah kering.
Ketika datang waktu makan siang, tersenyum lah meski saat itu anda merasa lelah, karena anda pasti kehilangan selera waktu melihat paras cemberut pada meja makan.
Ini belum ditambah merawat anak, membuat susu, memasak bubur, mengubah popok, memandikan dan memakaikan pakaian kemudian meninabobok kan anak di sela-sela aktivitas yang tadi anda lakukan.
Setibanya pada kediaman Umar, dia justru berdiri di depan rumah. Lelaki itu pun terdiam sejenak. Secara tidak sengaja, dia mendengar oleh khalifah sedang dimarahi istrinya. Oleh istri terdengar membesar-besarkan perkara yg remeh. Nada bunyi perempuan itu meninggi. Sang Amirul Mukminin cenderung pasif menghadapi kemarahan istrinya.
Lelaki itu lalu menyampaikan pada hati, “Apabila seorang Amirul Mukminin saja misalnya itu, bagaimana denganku?” dia kemudian berbalik hendak pulang. Umar bin Khattab melihat tamunya hendak pulang. Beliau pun bertanya, “Apa keperluanmu?”
Pria itu lalu berbalik dan berkata, “Wahai, Amirul Mukminin, saya datang buat mengadukan perangai buruk istriku dan sikapnya kepadaku. Akan tetapi, aku mendengar hal yang sama pada istrimu,” jelas lelaki itu.
Umar bin Khattab RA kemudian tersenyum. Dia pun mengisahkan kepada lelaki itu mengapa Umar yang keras begitu sabar menghadapi istrinya. “Wahai, saudaraku, saya permanen tabah menghadapi perbuatannya karenanya memang kewajibanku. Bagaimana aku bisa marah kepada istriku lantaran dialah yg mencuci bajuku, dialah yang mengolah roti dan makananku, dia jua yang mengasuh anak-anakku, padahal seluruh itu bukanlah kewajibannya,” jawabnya.
Subhanallah….
Seseorang suami seringkali sekali lupa akan kerja keras istri karena tidak melihat apa yg dilakukan seseorang istri saat beliau sibuk bekerja. Bahkan tak jarang suami lebih menghargai sahabat tempat kerja nya (apalagi wanita) yang mau membelikan titipan nasi bungkus ketika beliau keluar, lantas membandingkan nya dengan istri di rumah.
Sebelum membandingkan, sungguh baiknya anda luangkan ketika dua-tiga hari di rumah, ambil libur, berikan uang kepada istri, agar dia bisa pergi perawatan ke salon dan spa. Kemudian lakukan apa yang sehari-hari istri anda lakukan di tempat tinggal.
Bangun pagi-pagi buat menyiapkan sarapan, lalu rendam pakaian buat dicuci. Berangkat lah ke pasar buat membeli bahan masakan & tawar harga semurah mungkin, agar anda tahu betapa tawar-menawar dengan pedagang itu bukan hal yg mudah.
Lalu pergi dan masak lah makanan selera istri, lantaran mungkin sebelumnya sering sekali anda tak mau makan di rumah lantaran kuliner pada rumah tidak sesuai kesukaan anda. Bersihkan dapur sesudah memasak kemudian hidangkan kuliner di meja hidang. Pekerjaan anda belum selesai sebelum higienis-bersih tempat tinggal , menjemur pakaian dan menyeterika baju-baju yang sudah kering.
Ketika datang waktu makan siang, tersenyum lah meski saat itu anda merasa lelah, karena anda pasti kehilangan selera waktu melihat paras cemberut pada meja makan.
Ini belum ditambah merawat anak, membuat susu, memasak bubur, mengubah popok, memandikan dan memakaikan pakaian kemudian meninabobok kan anak di sela-sela aktivitas yang tadi anda lakukan.
Waktu anda merasakan betapa berat pekerjaan yang dilakukan istri pada rumah setiap harinya selama bertahun-tahun, tentu anda akan menyadari bahwa semua dilakukannya karena cinta & ketaatan nya kepada anda menjadi suami. Saat anda menyadari cinta yang sedemikian besar itu, masih adakah hasrat buat berongsang atas kesalahan mini yg dilakukannya? Masih ingin kah merespon repetan yg keluar dari lisannya? Masihkah ingin meyikapi kemarahannya menggunakan kemarahan jua?
Yang dilakukan Umar bin Khattab RA pada istrinya adalah bentuk perasaan cinta beliau menurut hati yang terdalam. Bentuk penghargaan terhadap makhluk yang menyempurnakan kehidupan tempat tinggal tangga beliau.
Wahai saudara ku rasakanlah cinta yang demikian indah. Lakukan apa yang Umar RA lakukan terhadap istrinya, bersabarlah menghadapi kelakuan istri seraya memberi nasehat di saat yg tepat. Bantu lah istri pada tempat tinggal agar semakin bertambah cintanya kepada mu dan semakin besarlah pengorbanan yang akan dilakukannya buat mu.
Cinta yang demikian indah hanya bersumber berdasarkan hati yang indah, maka cintailah istri mu menggunakan keindahan hatimu.
EmoticonEmoticon